Sahabat Indonesia yang super,
yang peran kehidupannya tidak sederhana bagi kebahagiaan sesama,
Adik-adik dan anak-anak saya yang terkasih,
yang akan meneruskan kehidupan orang tua dan para guru – dalam peran-peran yang besar di masa depan.
Mudah-mudahan sapa saya di Selasa sore yang indah ini menemui Anda dalam kesehatan dan kesungguhan belajar dan bekerja yang akan menaikkan kelas Anda dalam kehidupan ini.
Saya menerima pesan di Facebook Page kita, dari sahabat baik kita Pak Alim Sejahtera (bukan nama asli beliau), yang memberikan tugas kepada saya untuk menguraikan dasar pemikiran saya mengapa MERK PRIBADI (PERSONAL BRAND) kita butuhkan untuk membangun kehadiran yang baik dalam peran-peran pelayanan bagi kebaikan hidup sesama.
Pak Alim menyampaikan alasan yang baik sekali mengapa beliau menggunakan foto alas kaki sebagai tampilan yang mewakili wajah beliau di Face(wajah)book, dan yang disampaikannya dengan bahasa dan pendekatan yang sangat santun.
Sahabat-sahabat saya yang hatinya baik,
Berikut adalah pembukaan dari pesan Pak Alim:
Pak Mario, yang baik hatinya, yang diijinkan menjadi penebar kebaikan oleh Alloh swt, ijinkan saya sedikit menanggapi ucapan Bapak pada acara MTGW tgl 4 Juli kemarin.
saya sempat tersentak ketika Pak Mario mengatakan,
"... foto profile dipasang di Facebook foto sandal jepit."
Terlepas dari foto saya yang memang bergambar sandal, ada yang harus saya sampaikan agar Pak Mario lebih berhati-hati lagi dalam menginspirasi orang.
Semua yang akan saya sampaikan nanti, bukanlah dikarenakan kalimat tersebut, tapi karena saya sayang Pak Mario.
--- isi pesan selanjutnya kami simpan karena pertimbangan tempat ---
...........
Pak Alim Sejahtera yang hatinya mulia,
dan semua sahabat saya yang rezekinya baik,
Terima kasih atas pesan Anda yang tulus dan berangkat dari hati yang damai, yang menjadi pujian bagi yang membacanya.
Saya juga sangat mengerti mengapa para pelukis dan pematung harus menghindarkan karya mereka dari pemberhalaan, dan mereka memang sama sekali tidak patut bekerja dengan tujuan mengambil keuntungan dari pemberhalaan orang lain atas hasil karya mereka. Karena, dari semua hal yang bisa diberhalakan, gambar dan patung adalah dua pilihan yang paling dekat kepada pikiran yang tidak digunakan dengan sehat.
Pada saat yang sama, wajah kita ini penting sekali bagi kita dalam penghambaan kita kepada Tuhan, karena sebetulnya kita menghadapkan wajah kita kepada Tuhan setiap saat, bukan hanya dalam prosesi ibadah resmi pada waktu-waktu yang telah ditetapkan setiap hari itu.
Tuhan tidak memerlukan wajah kita untuk mengenali kita, karena wajah terindah kita di hadapan Tuhan adalah hati kita. Tetapi, bagi sesama manusia - hati ini tidak bisa dikenali dengan mudah tanpa wajah 'wajah' dan wajah 'perilaku', yang tampil kasat mata.
Saya sangat meyakini dan melihat keharusan bahwa Rasulullah s.a.w. tidak boleh diwakili tampilan beliau dalam bentuk apa pun selain dalam citra mental sebagai sinar pribadi mulia yang anggun, yang rasa dari kehadiran beliau menundukkan hati kita dalam penghormatan yang tulus, haru, dan penuh kerinduan.
Dan kita, sebagai pribadi-pribadi yang dikasihi Tuhan, yang ditugaskan untuk menjadi pemimpin yang memajukan kebaikan dan mencegah terjadinya keburukan bagi sesama, membutuhkan kehadiran diri yang mewakili kebenaran yang kita wakili dan kebaikan yang harus kita teruskan.
Nah, kehadiran diri inilah yang dalam hubungan dan pelayanan publik sebaiknya diwadahi dalam wajah yang damai namun tegas, bersahaja namun mewakili pengetahuan dan kewenangan intelektual yang besar, yang luwes tetapi tetap lurus dan setia kepada yang benar; diwadahi dalam tatanan perilaku yang indah dan mengindahkan sesama dan lingkungan; dan diwadahi dalam nama yang pengingatan dan penyebutannya mengundang keinginan orang lain untuk berlaku baik.
Kita sangat berhak untuk mencantumkan gambar dari yang ingin kita capai, sebagai tampilan yang mewakili wajah dan diri kita. Dan ada juga pribadi yang memilih tampilan wajah aslinya, sebagai wajah jujur yang sedang belajar untuk mendewasa dengan kualitas-kualitas yang menjadikannya bermanfaat bagi sesama.
Yang satu mewakili kerinduan hatinya untuk dirinya, dan satu yang lain mewakilikeinginan untuk dikenali dan dipilih untuk ditugaskan oleh sesama sebagai pelayan bagi kebaikan hidup mereka.
Sahabat-sahabat baik hati saya,
Saya menggunakan wajah ‘wajah’ dan wajah ‘perilaku’ saya sebagai alamat bagi saudara kita untuk menemukan saya, yang membutuhkan saya untuk menjadi saudara dan sahabat hati mereka, yang membutuhkan saya sebagaipendamping bagi upaya mereka untuk membangun hati yang damai, kehidupan yang sejahtera, dan peran yang cemerlang bagi kebaikan hidup sesama.
Karena setiap jiwa adalah khalifah, maka saya adalah pelayan bagi pengutuhan peran itu baginya.
Saya pelayan, maka saya ikhlaskan wajah saya terpampang bagi kemudahan saudara dan sahabat saya untuk mengenali dan menemukan saya, agar tersegerakan penugasan mereka kepada saya.
DAN YANG INI SANGAT PENTING !
Marilah kita menyampaikan setinggi-tingginya penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Besar, dengan setidaknya memperhatikan bahwa kita sering berbicara dengan penghormatan yang sangat tinggi kepada Tuhan, Dzat Yang Maha Agung tetapi mungkin terselip tanpa sengaja - menulis dengan menggunakan huruf ‘t’ kecil dalam menuliskan yang seharusnya Tuhan, dengan huruf ‘T’ BESAR sebagai huruf pertama.
Tetapi untungnya, itu adalah sebuah hal penting yang bisa dengan mudah disusulkan perbaikannya.
Sahabat saya yang kualitas hatinya menentukan kualitas rezekinya,
Setelah hidup lebih dari setengah abad ini, saya mulai mengerti bahwasebetulnya kita semua sedang mengalihkan alasan dari tangisan kita, mengapa air mata kita mengembang, mengambang, dan luber mengalir menjadi tangisan – dari tangisan sedih karena penderitaan – menjadi tangisan haru karena diijinkan melayani bagi kebaikan hidup sesama.
Dengan sangat tulus saya berdoa, meminta, dan mengulang doa dan permintaan saya kepada Tuhan,
agar setiap jiwa manusia diberikan kemudahan untuk menerima berita-berita gembira dari Tuhan,
agar kita diberikan keikhlasan untuk hidup dalam tuntunan Tuhan yang tidak mungkin mengarahkan kita kepada yang selain surga,
agar kita hidup melayani sesama dalam kesyukuran karena kesamaan,
dan karena penghormatan dalam perbedaan,
agar kita mendahulukan yang benar,
agar kita mengutamakan kesabaran,
dan agar kita ikhlas memilih hidup miskin karena kejujuran daripada berharta yang tidak berkah,
agar kita ikhlas mendahulukan amanah dalam memimpin
dan bukan menciderai amanah agar tetap memimpin,
agar kita menukarkan kepentingan pribadi kita bagi kedamaian dan kesejahteraan mereka yang kita pimpin,
agar kita menjadi anak-anak yang membanggakan orang tua,
agar kita menjadi orang tua yang menghebatkan anak-anak,
agar kita menjadi murid yang patuh kepada sekolah kehidupan dan alam ini,
agar kita kemudian menjadi guru yang menumbuhkan bangsa,
dan agar kita menjadi jiwa yang memuliakan kehidupan –
sebagai jalan hidup untuk mendapatkan ridha Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Marilah kita berdoa bersama dalam jemaat yang besar dan mulia ini, agar Tuhan Yang Maha Kaya memberkati kita dengan kekayaan hati, kekayaan pikiran, kekayaan raga, dan kekayaan peran bagi kebaikan satu sama lain.
Jika kita tidak saling mengasihi, untuk apakah kita hidup?
...........
Sahabat saya, yang kualitas hatinya menentukan kualitas rezekinya,
Sampai kita bertemu suatu ketika nanti ya? Agar kita bisa berbincang mengenai ini dan itu yang penting bagi kedamaian dan kesejahteraan kita dan keluarga tercinta.
Mohon disampaikan salam sayang dari Ibu Linna dan saya, untuk keluarga Anda terkasih.
Loving you and devoted to you all as always,
Mario Teguh
Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=405165664404
Tidak ada komentar:
Posting Komentar